BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perubahan
kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu
tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah
terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui
aktifitas metabolismenya.
Bayi baru
lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang
suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan
suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi
panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus
menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi
panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang
bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama
dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL
Pada bayi
baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien
dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak
terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses
konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi
dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan
dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai
produksi panas.
Intake
makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu
tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk
memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan
O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan
panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara
menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan
hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan
hiperbilirubinemia.
Suhu yang
tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan
yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru
lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C
Semakin
kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh
neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya.Suhu
permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan.
Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik,
pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien.
Oleh sebab
itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk
mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu
rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi
dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya
sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur
tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju
kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau
evaporasi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah
ini, yaitu:
1.
Bagaimanakah memberikan asuhan perlindungan
termal pada bayi baru lahir?
2.
Apa sajakah penyebab terjadinya
hipotermi pada bayi baru lahir?
3.
Apa sajakah tanda dan gejala dari
hipotermi?
4.
Bagaimanakah cara penatalaksanaan
hipotermi atau perlindungan termal pada bayi baru lahir?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dalam makalah ini, yaitu:
1.
Untuk mengetahui memberikan asuhan
perlindungan termal pada bayi baru lahir
2.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya
hipotermi pada bayi baru lahir
3.
Untuk mengetahui tanda dan gejala
dari hipotermi
4.
Untuk mengetahui cara
penatalaksanaan hipotermi atau perlindungan termal pada bayi baru lahir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Termoregulasi
Termoregulasi
adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan
kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas
normal. Bayi segera setelah lahir dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (kontak
kulit ibu ke kulit bayi) dan Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal
yang penting untuk mempertahankan suhu tubuh..
Bayi baru
lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan cenderung mengalami
stress fisik akibat adanya perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik
turunya) suhu di dalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6ºC karena
cairan ketuban dalam uterus suhunya relatif tetap. Suhu di dalam uterus sekitar
36ºC-37ºC sedangkan suhu ruangan sekitar 24ºC-32ºC maka bayi segera setelah
lahir akan menyesuaikan diri terhadap lingkungan di luar uterus yang sangat
berbeda dengan kondisi dalam uterus.
B. Termoregulasi Pada Bayi Baru Lahir
(Perlindungan Termal)
Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri
sebagai berikut :
1.
Lahir pada masa gestasi 37 – 42
minggu
2.
Ukuran antropometri : berat badan
berkisar antara 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada
30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm
3.
Tanda vital dalam batas normal
4.
Tidak ada kelainan / kecacatan
Pada
bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum
efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar
tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses
konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi
dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan
dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai
produksi panas.
Intake
makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu
tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk
memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan
O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan
panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara
menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan
hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan
hiperbilirubinemia.
Suhu yang
tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan
yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru
lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C
C. Faktor Yang
Berperan Dalam Kehilangan Panas Bayi
Faktor yang paling berperan dalam
kehilangan panas pd tubuh bayi :
1.
Luas permukaan tubuh bayi.
2.
Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yg
belum berfungsi secara sempurna.
3.
Tubuh bayi terlalu kecil untuk
memproduksi dan menyimpan panas.
Pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak
coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh
dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat,
seorang bayi menggunakan glukosa untuk mendapatkan energi yang akan mengubah
lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang
bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak
persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang
bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.
Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu
tubuh normal pada neonatus adalah 36,5ºC-37,5ºC melalui pengukuran di aksila
dan rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5ºC maka bayi mengalami hipotermia.
D. Tanda Dan
Gejala Hipotermia
Hipotermia
dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Misalkan bayi baru lahir
dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir meskipun
lingkungan di sekitar bayi cukup hangat.
Gejala awal
hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin.
Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi
sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai
25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001). Disamping sebagai
suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
(Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997) bahwa hipotermi yaitu
kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
Tanda dan Gejala hipotermia:
1.
Sejalan dengan menurunnya suhu
tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI
dan menangis lemah.
2.
Pernapasan megap-megap dan lambat,
denyut jantung menurun.
3.
Timbul sklerema : kulit mengeras
berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
4.
Muka bayi berwarna merah terang
5.
Hipotermia menyebabkan terjadinya
perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung,
perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
E. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir
1.
Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
a.
Bayi tidak mau minum atau menetek
b.
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
c.
Tubuh bayi teraba dingin
d.
Dalam keadaan berat, denyut jantung
bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras(Skleremia)
2.
Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress
Dingin)
a.
Aktifitas berkurang, letargis
b.
Tangisan lemah
c.
Kulit berwarna tidak rata
d.
Kemampuan menghiisap lemah
e.
Kaki teraba dingin
3.
Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera
Dingin)
a.
Sama dengan hipotermi sedang
b.
Bibir dan kuku kebiruan
c.
Pernafasan lambat
d.
Pernafasan tidak teratur
e.
Bunyi jantung lambat
f.
Selanjutnya mungkin timbul
hipoglikemi dan asidosis metabolic
4.
Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi
a.
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna
merah terang
b.
Bagian tubuh lainnya pucat
c.
Kulit memgeras dan timbul kemerahan
pada punggung, kaki dan tangan (Sklerema)
F. Mekanisme
Kehilangan Panas Tubuh Bayi
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya
melalui cara-cara berikut:
1.
Evaporasi adalah jalan utama bayi
kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada
bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti. Misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban, selimut
atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
2.
Konduksi adalah kehilangan panas
tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh
bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan diatas benda-benda tersebut. Misal : popok/celana basah tidak
langsung digantI, tangan perawat yang dingin, tempat tidur, selimut, stetoskop
yang dingin
3.
Konveksi adalah kehilangan panas
tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi
yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi
aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin
ruangan. Misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka, Aliran udara dari
pipa AC.
4.
Radiasi adalah kehilangan panas yang
terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh
lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung). misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin, Udara
dingin pada dinding luar dan jendela, Penyekat tempat tidur bayi yang dingin
G. Pencegahan
Kehilangan Panas
Mekanisme
pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna.
Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas
tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia,
sangat berisiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian.
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak
segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif
hangat.
Mengatasi
kedinginan ini dengan memberinya selimut. Hangatkan pula suhu lingkungan atau
ruangan dimana bayi berada. Jika di ruang ber-AC atur suhu AC batas maksimal(
hindari suhu yang terlalu rendah) dan taruh bayi jauh dari udara AC yang
berhembus. Jika perlu bisa dengan mematikan AC atau menghangatkan ubuh anak
dengan lampu 60 watt yang ditempatkan di atas tempat tidurnya. Jaraknya kurang
lebih 1,5 meter dari tubuh anak.
Mencegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya
sebagai berikut:
1.
Keringkan tubuh bayi tanpa
menghilangkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
2.
Letakkan bayi agar terjadi kontak
kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala
bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari
puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada
ibu paling sedikit 1 jam.
3.
Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan
topi di kepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan
kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
bagian tersebut tidak tertutup.
4.
Jangan segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam
kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena bayi baru lahir
cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian),
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau
selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih, berat
bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan sekitar enam jam atau lebih setelah lahir. Memandikan
bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
5.
Segera setelah tubuh bayi
dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk dan kain yang telah dipakai
kemudian selimuti bayi dengan selimut dan kain hangat, kering dan bersih. Kain
basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan bayi tersebut mengalami
kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka untuk melakukan suatu
prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau selimut kering, segera
setelah prosedur tersebut selesai.
6.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan
memberikan ASI.
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat
menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk
menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian asi harus dimulai
dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
7.
Tempatkan bayi dilingkungan hangat
Idealnya bayi baru lahir ditempatkan
ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan
bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap
hangat, mendorong ibu segera menyukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada
bayi.
8.
Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk
mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir.
Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi yang
sehat hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan.
Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan rangsangan taktil,
kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk
membantu pernafasan.
H. Perubahan Sistem Termoregulasi
Bayi baru
lahir mudah sekali terkena hipotermia. Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu
badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal
pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu
<36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi
terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C).
Disebut
hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low
reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo, 2001). Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. (Indarso, F, 2001).
Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997) bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu
inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
Etiologi terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1.
Jaringan lemak subkutan tipis.
2.
Perbandingan luas permukaan tubuh
dengan berat badan besar.
3.
Cadangan glikogen dan brown fat
sedikit.
4.
BBL (Bayi Baru Lahir) tidak
mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. (Indarso, F,
2001).
5.
Kurangnya pengetahuan perawat dalam
pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi. ( Klaus, M.H et al,
1998).
Akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh hipotermi Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi
yaitu :
1.
HipoglikemiAsidosis metabolik,
karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme anaerob.
2.
Kebutuhan oksigen yang meningkat.
3.
Metabolisme meningkat sehingga
pertumbuhan terganggu.
4.
Gangguan pembekuan sehingga
mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.
5.
Shock.
6.
Apnea.
7.
Perdarahan Intra Ventricular.
(Indarso, F, 2001).
Pencegahan
dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat
terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada
bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).
Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam
inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya
dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang
digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat
menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non
servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
Penatalaksanaan
Neonatus Resiko Tinggi : Mempertahankan Suhu Tubuh Untuk Mencegah Hipotermi
Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi
dalam mencegah hipotermi adalah :
Mengeringkan
bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat ;
1.
Menyiapkan tempat melahirkan yang
hangat, kering dan bersih.
2.
Mengeringkan tubuh bayi yang baru
lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang kering dan bersih.
3.
Menjaga bayi hangat dengan cara
mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti (Metode Kangguru).
4.
Memberi ASI sedini mungkin segera
setelah melahirkan agar dapat merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh
kalori dengan : -Menyusui bayi. -Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek
ASI diberikan dengan sendok atau pipet. -Selama memberikan ASI bayi dalam
dekapan ibu agar tetap hangat.
5.
Mempertahankan bayi tetap hangat
selama dalam perjalanan pada waktu rujukan.
6.
Memberikan penghangatan pada bayi
baru lahir secara mandiri.
7.
Melatih semua orang yang terlibat
dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh
normal
Untuk
mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus
menunda memandikan bayi.
1.
Pada bayi lahir sehat yaitu cukup
bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat, memandikan bayi ditunda 24
jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air hangat.
2.
Pada bayi lahir dengan resiko,
keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000 gram sebaiknya jangan
dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu
tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
Menangani Hipotermi
3.
Bayi yang mengalami hipotermi
biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera
menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
4.
Cara lain yang sangat sederhana dan
mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan
telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa
hangat.
5.
Bila tubuh bayi masih dingin,
gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan
untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi
hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.
6.
Biasanya bayi hipotermi menderita
hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering
mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80
ml/kg per hari.
I.
Pengaturan
Temperatur
Pusat pengaturan suhu di
hypothalamus belum berkembang, walaupun sudah aktif. Kelenjar keringat belum
berfungsi normal, mudah kehilangan panas tubuh (perbandingan luas permukaan dan
berat badan lebih besar, tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable terhadap
air), sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh
suhu lingkungan (bersifat poikilotermik). Produksi panas mengandalkan pada
proses non-shivering thermogenesis yang dihasilkan oleh jaringan lemak coklat
yang terletak diantara scapula, axila, mediastinum dan sekitar ginjal. Hipoksia
mencegah produksi panas dari lemak coklat (Morgan HAH,1993)
Hipotermia
dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu sekitar yang panas, selimut atau kain
penutup yang tebal dan pemberian obat penahan keringat (misal: atropin,
skopolamin). Adapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu lingkungan yang
rendah, permukaan tubuh terbuka, pemberian cairan infuse/ tranfusi darah
dingin, irigasi oleh cairan dingin, pengaruh obat anestesi umum (yang menekan
pusat regulasi suhu) maupun obat vasodilator.
Temperature
lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus adalah 270C. Paparan dibawah
suhu ini akan mengandung resiko diantaranya: cadangan energi protein akan
berkurang, adanya pengeluaran katekolamin yang dapat menyebabkan terjadinya
kenaikan tahanan vaskuler paru dan perifer, lebih jauh lagi dapat menyebabkan
lethargi, shunting kanan ke kiri, hipoksia dan asidosis metabolic.
Untuk
mencegah hipotermia bias ditempuh dengan : memantau suhu tubuh, mengusahakan
suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat, lampu penghangat, incubator,
cairan intra vena hangat, begitu pula gas anestesi, cairan irigasi maupun
cairan antiseptic yang digunakan yang hangat.
Sistem
pengaturan suhu:
Suhu dingin
lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga
mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Lemak coklat tidak diproduksi
ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Intervensi :
1.
Kurangi atau hilangkan sumber-sumber
kehilangan panas pada bayi
a.
Evaporasi
1)
Saat mandi, siapkan lingkungan yang
hangat.
2)
Basuh dan keringkan setiap bagian
untuk mengurangi evaporasi
3)
Batasi waktu kontak dengan pakaian
atau selimut basah
b.
Konveksi
Hindari aliran udara (pendingin
udara, kipas angin, lubang angin terbuka)
c.
Konduksi
Hangatkan seluruh barang-barang
untuk perawatan (stetoskop, timbangan, tangan pemberi perawatan, baju, sprei)
d.
Radiasi
1)
Kurangi benda-benda yang menyerap
panas (logam)
2)
Tempatkan ayunan bayi tempat tidur
jauh dari tembok (diluar) atau jendela jika mungkin.
2.
Pantau suhu tubuh bayi
a.
Jika suhu dibawah normal
1)
Selimuti dengan dua selimut
2)
Pasang tutup kepala
3)
Kaji sumber-sumber lingkungan untuk
kehilangan panas
4)
Jika hipotermia menetap lebih dari 1
jam, rujuk kepada yang lebih ahli.
5)
Kaji terhadap komplikasi stres
dingin, hipoksia, asidosis respiratorik, hipoglikemi, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, penurunan berat badan
b.
Jika suhu diatas normal
1)
Lepaskan selimut
2)
Lepaskan tutup kepala, jika
dikenakan
3)
Kaji suhu lingkungan sekali lagi
4)
Jika suhu hipertermia menetap lebih
dari 1 jam, laporkan dokter.
Faktor-faktor
penting yang harus dipertimbangkan pada bayi baru lahir adalah :
a.
Produksi panasnya jelek karena laju metaboliknya rendah
b.
Biasanya terjadi perubahan suhu yang
dramatis pada lingkungan bayi tersebut khususnya jika bayi dilahirkan dalam
ruangan berpendingin yang tidak disesuaikan suhunya demi kenyamanan ibu
c.
Bayi lahir dalam keadaan basah
sehingga terjadi kehilangan panas melalui evaporasi
d.
Bayi baru lahiir memiliki permukaan
tubuh yang luas jika dibandingkan dengan berat badannya
e.
Pusat pengaturan suhunya didalam
hipotalamus belum sepenuhnya mature sehingga proses menggigil dan berkeringat
masih belum berkembang dengan baik
Mekanisme
pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna,
untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi
dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko tinggi
mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi
yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti
walaupun didalam ruangan yang relative hangat.
J.
Termoregulasi
Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
1.
Peranan Hipotalamus
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur
oleh mekanisme persarafan, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat
pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus
Pada bayi baru lahir pusat pengatur
suhu tubuhnya belum berfungsi dengan sempurna, sehingga mudah terjadi penurunan
suhu tubuh, terutama karena lingkungan yang dingin.
2.
Pengatur panas
Pengatur panas atau temperatur
regulasi terpelihara karena adanya keseimbangan antara panas yang hilang
melalui lingkungan, dan produksi panas. Kedua proses ini aktifitasnya diatur
oleh susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.
Pada saat kelahiran, bayi mengalami
perubahan dari lingkungan intra uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin
ynag relatif lebih dingin. Hal tersebut menyebabkan penurunan suhu tubuh
2o-3oC, terutama hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan cairan ketuban
pada kulit bayi yang tidak segera dikeringkan. Kondisi tersebut akan memacu
tubuh menjadi dingin yang akan menyebabkan respon metabolisme dan produksi
panas.Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan dengan metabolisme dan
penggunaan oksigen.
Bayi cukup bulan dalam keadaan tanpa
pakaian dapat bertahan pada suhu lingkungan sekitar 32-34oC. Sedangkan batas
pada orang dewasa 26-28oC. Oleh karena itu bayi baru lahir normal memerlukan
suhu lingkungan yang lebih hangat dan suhu lingkungan tersebut harus dipelihara
dengan baik.
Pada bayi baru lahir lemak
subkutannya lebih sedikit dan epidermis lebih tipis dibandingkan pada orang
dewasa. Pembuluh darah pada bayi sangat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu
lingkungan dan semua ini dibawah pengaruh hipotalamus sebagai pusat pengatur
suhu.
Kelenturan pada tubuh bayi menurun
pada daerah permukaan sehingga akan mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut
dipengaruhi panjang badan bayi, perbandingan permukaan utbuh dengan berat badan
dari usia bayi, yang semua ini dapat mempengaruhi batas suhu normal. Pada bayi
dengan berat badan lahir rendah(BBLR) jaringanadiposa sedikit dan kelenturan
menurun sehingga memerlukan suhu lingkungan yang lebih panas untuk mencapai
suhu yang normal.
Jika suhu lingkungan turun dibawah
suhu yang rendah, bayi akan merespon dengan meningkatkan oksigen danmemperbesar
metabolisme sehingga akan meningkatkan produksi panas.Bila bayi berada ditempat
terbuka dengan lingkugan yang dingin dapat menyebabkan habisnya cadangan
glikogen dan menyebabkan asidosis.
3.
Produksi Panas Atau Thermogenesis
Ditempat yang terbuka dan lingkungan
yang dingin bayi baru lahir memerlukan penambahan panas.Bayi mempunyai
mekanisme fisiologi untuk meningkatkan produksi panas dipengaruhi oleh karena :
Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan Thermogenesis Kimiawi :
b.
Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah
energi yang digunakan tubuh selama istirahat mutlak dan keadaan sadar.Pada bayi
baru lahir, gerakan tubuh, menggigil merupakan mekanisme penting untuk
memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor kulit menurun pada
suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut akan diteruskan kesusunan
saraf pusat yang akan menstimuli sistem saraf simpatis untuk menggunakan
cadangan lemak coklat, yang merupakan sumber panas yang utama untuk mengatasi
stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh
kelenjar adrenal dan saraf lokal berakhir pada lemak coklat yang menyebabkan
trigliserid dapat dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam lemak).
Oksidasi asam lemak ini meningkatkan produksi panas. Jika suplai lemak coklat
habis maka respon metabolisme terhadap keadaan dingin akan berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi
tergantung dari tersedianya oksigen, glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan
kemampuan bayi untuk mengubah menjadi panas.Kemampuan bayi untuk menghasilkan
oanas dapat berubah pada keadaan patologis seperti hipoksia, asidosis, dan
hipoglikemi.
c.
Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari
aktifitas otot yang disebabkan karena suhu yang dingin. Produksi panas terjadi
melalui peningkatan metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi tidak
menggigil berarti metabolisme rate pada bayi sudah cukup.
d.
Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan
norephineprin dan ephineprin oleh rangsang saraf simpatis.
4.
Aliran Darah Ke Kulit
Kecepatan
aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas yang disalurkan dari inti
tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah kulit pada konduksi panas dari
inti tubuh permukaan kulit menggambarkan peningktan konduksi panas hampir
delapan kali lipat. Oleh karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur radiator
panas yang efektif “, dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran
panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit.
Dengan
meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung ibu dan
bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan sumber panas
yang baik bagi bayi.
5.
Respon Bayi Terhadap Hipotermi
Pada saat suhu kulit mulai turun,
thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan saraf pusat, distimulir sistem
saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan saraf
setempat yang berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme untuk memproduksi
panas.
K. Praktek
Memandikan Bayi Yang Dianjurkan
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan:
1.
Tunggu sedikitnya 6 jam setelah
lahir, sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau
hipotermi).
2.
Sebelum memandikan bayi, periksa
bahwa suhu tubuh bayi stabil (suku aksila antara 36.5ºC – 37.5ºC). jika suhu
tubuh bayi masih dibawah 36.5ºC, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar,
tutupi bagian kepalanya dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau
lakukan persentuhan kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi
hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu jam.
3.
Tunda untuk memandikan bayi yang
sedang mengalami masalah pernafasan.
4.
Sebelum bayi dimandikan, pastikan
ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan
kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut
bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
5.
Mandikan bayi secara cepat dengan
air bersih dan hangat.
6.
Segera keringkan bayi dengan
menggunakan handuk yang bersih dan kering.
7.
Ganti handuk yang basah dengan
selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar.
Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik.
8.
Bayi dapat diletakkan bersentuhan
kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik.
9.
Usahakan Ibu dan bayi dirawat pada
satu tempat (rawat gabung) dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
10.
Tempatkan bayi di lingkungan yang
hangat. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan
ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara
yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong ibu segera
menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
11.
Bayi jangan di bedong terlalu ketat.
Hal ini akan menghambat gerakan janin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga
keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat
mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal.
Faktor yang paling berperan dalam
kehilangan panas pd tubuh bayi :
1.
Luas permukaan tubuh bayi.
2.
Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yg
belum berfungsi secara sempurna.
3.
Tubuh bayi terlalu kecil untuk
memproduksi dan menyimpan panas.
Tanda dan
Gejala hipotermia:
1.
Sejalan dengan menurunnya suhu
tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI
dan menangis lemah.
2.
Pernapasan megap-megap dan lambat,
denyut jantung menurun.
3.
Timbul sklerema.
4.
Muka bayi berwarna merah terang
5.
Hipotermia menyebabkan terjadinya
perubahan metabolisme tubuh
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya
melalui cara-cara berikut
1.
Radiasi: panas tubuh bayi memancar
kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misal: BBL diletakkan ditempat
yang dingin.
2.
Evaporasi: cairan/air ketuban yang
membasahi kulit bayi menguap, misal: BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
3.
Konduksi: pindahnya panas tubuh bayi
karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misal:
popok/celana basah tidak langsung diganti.
4.
Konveksi: hilangnya panas tubuh bayi
karena aliran udara sekeliling bayi, misal: BBL diletakkan dekat pintu/jendela
terbuka.
Mencegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya
sebagai berikut:
1.
Keringkan tubuh bayi tanpa
menghilangkan verniks
2.
Letakkan bayi agar terjadi kontak
kulit ibu ke kulit bayi
3.
Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan
topi di kepala bayi
4.
Jangan segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir
Catatan:
Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir
B. Saran
1.
Bayi segera setelah lahir jangan
terlalu lama dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir
meskipun lingkungan di sekitar bayi cukup hangat.
2.
Lakukan Inisiasi Menyusui Dini dalam
mempertahankan suhu tubuh bayi.
3.
Jika bayi terjadi hipotermia,
ditunda dahulu dalam memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal.
4.
Bidan harus sering melakukan
pengukuran suhu di aksila atau rektum, untuk mendeteksi dini terjadinya
hipotermia.
5.
Petugas kesehatan sebaiknya
menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.
6.
Bidan memberikan konseling terhadap
keluarga pasien dan ibu bayi agar selalu menjaga kehangatan tubuh bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Acuan Nasional.2009.Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sulistyawati, Ari, dkk. 2010. AsuhanKebidananpadaIbuBersalin.Jakarta
:SalembaMedika.
Wiknjosastro,
Adriaansz, dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar